Secara total, tarung derajat menyumbangkan 3 medali pada PON
kali. Satu medali lainnya disumbangkan Raihan Al Farizy yang berhasil meraih
medali perunggu.
Keberhasilan 3 atlet tarung derajat Kalbar dalam mengukir
prestasi gemilang pada pesta olahraga terakbar di Indonesia itu tentu tidak
lepas dari peran pelatih mereka Dedi Indarto.
Ketelatenan, kesabaran, dan kerja keras pelatih yang akrab
disapa Kang Dedi itu telah berhasil mengantarkan atlet tarung derahat Kalbar
meraih pencapaian tertinggi di Pekan Olahraga Nasional.
Sosok pelatih hebat itu dulunya juga merupakan atlet tarung
derajat. Ia aktif bertarung pada dekade 80-an hingga 90-an. Berbagai kompetisi
pun rutin diikutinya semasa aktif bertanding di medan laga.
Melalui sambungan telepon, Kang Dedi berbagi cerita mengenai
pengalamannya ketika melatih lima atlet tarung derajat yang berlaga pada PON
Papua.
Ia berkisah, sebelum
menjalani pemusatan latihan yang diadakan KONI Kalbar selama hampir dua bulan,
kelima atlet itu sudah lebih dulu digemblengnya selama berbulan-bulan di
Kompleks Stadion Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) Pontianak.
Masa penggemblengan berbulan-bulan itu dilakukan dengan
biaya sendiri dan dengan peralatan seadanya.
"Kita latihan itu efektifnya dua bulan saja, yang
diinapkan KONI itu kurang lebih 1 bulan 3 minggu. Itu yang diinapkan KONI di
kost Anas Taksi. Pola latihannya kita menerapkan program latihan. Programnya
itu terdiri dari persiapan umum, persiapan khusus, pra kompetisi, dan
kompetisi. Itu mulai kita lakukan dari awal tahun 2021. Kalau persiapan mandiri
dari tahun 2020," ujar Dedi saat diwawancarai awak media melalui sambungan
telepon, Rabu (13/10/2021) siang.
Sejumlah kendala diakui Kang Dedi kerap Ia temui selama
melatih kelima atlet tersebut. Kendala itu antara lain waktu persiapan yang
terlalu singkat, sarana dan prasarana latihan yang kurang memadai, serta
minimnya perhatian terhadap kesehatan atlet.
Namun, berbagai kendala tersebut dikatakan Dedi tidak lantas
menurunkan semangatnya untuk memberikan pola latihan terbaik bagi para atlet
tarung derajat.
"Banyak kendala. Sebagai contoh, kita lapor kesehatan
atlet. Atlet cedera harus segera ditangani. Kita bawalah ke sinsang (red:
sinse), pertama bisa kemudian tidak bisa lagi dengan alasan ini itu. Kemudian
penginapan atlet yang waktunya cuma dua bulan sangat singkat sekali. Peralatan
pun 3-4 bulan sebelum berangkat ke Papua baru kita didanai," tukasnya.
Prestasi apik yang diraih anak didiknya pada PON XX Papua
ini pun tidak lantas membuat Kang Dedi jemawa. Ia menilai, pencapaian tersebut
bukanlah karena perannya, melainkan buah dari kerja keras, kemauan tinggi, dan
semangat berlatih para atlet. Sebagai pelatih, dirinya mengaku hanya membimbing
dan mengarahkan.
Dedi menambahkan, pencapaian di PON XX Papua ini menjadi
pelecut baginya untuk semakin memberikan pola latihan terbaik bagi para atlet
tarung derajat Kalbar. Untuk itu, pada awal tahun 2022 mendatang, Ia berjanji
akan mulai melakukan pembinaan agar atlet-atlet Kalbar dapat mengukir prestasi
yang lebih baik lagi di ajang olahraga nasional.
"Untuk jangka panjang, insyallah awal tahun depan kita
akan mulai latihan lagi untuk persiapan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional
(Pomnas) dan persiapan PON 2024. Mudah-mudahan ini bisa berjalan baik,"
tutupnya.